Setiap orang pastinya punya tantangannya masing-masing dalam mengatur dan mengurus keuangan pribadi. Nggak seperti jalan tol yang lurus, lancar, dan tanpa hambatan, mengatur keuangan lebih mirip dengan hiking di gunung. Ada momen ups and downs yang bakal dijumpai. Bahkan, buat kita yang udah tau teori keuangan dan fasih mengatur pun bisa nggak luput juga dari masalah.
Sebagian masalah yang ada pada keuangan sebenarnya adalah masalah yang klasik. Tapi, karena nggak segera disadari dan diperbaiki, di bulan depannya, masalah yang sama jadi berulang. Begitu terus sampai akhirnya masalah ini seperti menjadi habit yang bisa berdampak buruk bagi keuangan.
Apa aja sih masalahnya? Dan bagaimana solusinya? Yuk simak ulasan berikut ini, siapa tahu di antara kalian ada yang mengalami salah satunya dan butuh ide untuk menyelesaikannya demi kondisi keuangan yang lebih sehat!
Tanggal tua selalu tiris & nggak punya catatan pengeluaran
Memasuki tanggal tua, sekitar 2 – 3 minggu setelah hari gajian kamu mungkin sering ngerasa eh kok uang udah abis ya padahal baru tanggal segini? Parahnya lagi, kamu juga nggak tau pasti ke mana aja uang tersebut keluar. Atau demi memenuhi kebutuhan hidup 2 minggu sisanya sampai hari gajian lagi, kamu selalu pinjam uang, entah itu ke teman atau ke pinjaman online cepat cair terbaru.
Ini artinya, selain kamu kurang bisa mengatur keuangan dengan baik, kamu juga nggak punya anggaran atau catatan pengeluaran dalam satu bulan terkait cashflow. Padahal, ini adalah hal dasar dari keuangan yang harus dimiliki kalau mau punya kondisi keuangan yang sehat.
Tidak susah kok membuat anggaran dan catatan cashflow. Pakai cara manual, kamu bisa membuatnya di Excel. Yang otomatis, kamu bisa download aplikasi pengatur keuangan di smartphone. Buat catatan dan anggaran selama 30 hari. Setelah itu, di akhir bulan, kamu akan tahu dengan detail ke mana sebagian besar pengeluaranmu. Apakah belanja? Bayar cicilan? Atau
Sedikit pemasukan, banyak belanjanya
Ibarat pepatah: lebih besar pasaknya daripada tiangnya. Masalah klasik keuangan yang utamanya kerap terjadi karena didorong oleh gaya hidup. Contoh: gaji nggak cukup untuk belanja atau hangout terlalu sering, tapi karena “tuntutan” untuk bergaya di media sosial atau ajakan circle pergaulan, mau nggak mau harus diikuti.
Jika mengalami masalah ini dalam keuanganmu, yang perlu dilakukan adalah setop dan kontrol diri segera. Uang yang masuk ke rekening haruslah lebih banyak dibanding uang yang keluar. Artinya, harus ada kebutuhan yang disesuaikan atau kamu perlu memiliki sumber penghasilan tambahan.
Gaya hidup yang menyesuaikan media sosial
Terkait dengan poin nomor 2, gaya hidup yang tidak terkontrol tentu bisa bikin kondisi keuangan berantakan. Seperti yang kita tahu, media sosial adalah salah satu faktor yang bisa mendorong orang untuk makin show off. Nggak heran, banyak orang berlomba-lomba menampilkan gaya hidup terbaiknya di media sosial. Untuk memenuhi hal ini, nggak jarang jalan pintas yang diambil adalah pinjam uang atau gesek kartu kredit.
Padahal kalau tagihannya bengkak, nggak ada lho orang-orang di media sosial yang peduli atau bisa bantu bayar. Yakin mau diterusin? Maka dari itulah, penting untuk tahu di mana tempat kita “berdiri” agar bisa memanfaatkan uang dengan lebih baik. Sederhananya, sesuaikan gaya hidup dengan kemampuan kantong.
Ambil cicilan untuk bayar cicilan
Masalah klasik lainnya adalah: gali lubang tutup lubang yang berujung kok cicilan nggak kelar-kelar ya? Kok utang nggak abis-abis ya? Kok uang yang keluar buat bayar utang per bulannya lebih besar dari untuk kebutuhan lain ya?
Mengambil cicilan atau pinjaman baru untuk membayar cicilan dan pinjaman lain, sangat tidak disarankan. Sebab, selain bisa menambah bengkak pengeluaran buat cicilan, ini juga bisa menurunkan skor kreditmu lho. Emangnya mau di masa depan nggak bisa dapat pinjaman buat kebutuhan yang lebih penting kayak KPR atau kredit kendaraan hanya karena skor kredit yang rendah?
Kalau masih punya cicilan, sebisa mungkin kamu harus menyelesaikannya lewat dana produktif seperti gaji. Selama tenornya masih ada, tahan dulu untuk ambil pinjaman atau cicilan baru. Memang, di jaman sekarang, ambil cicilan atau pinjaman itu udah gampang banget.
Contoh nyatanya adalah lewat aplikasi pinjaman online cepat cair terbaru yang terdaftar di OJK kayak Kredivo. Yang mana, selain bunganya rendah cuma 2,6%, limitnya juga besar dan bisa sampai Rp 30 juta. Untuk pinjaman tunai, Kredivo bisa kasih pinjaman mulai dari 500 ribu yang dapat cair hanya dalam waktu 1 hari kerja. Udah gitu, tenornya juga variatif mulai dari 30 hari, 3 bulan, dan maksimal 6 bulan. Daftarnya mudah pula bisa langsung download aplikasinya di Google Play Store atau App Store.
Tapi, kemudahan yang ditawarkan dari fintech kayak Kredivo ini bukan untuk disalahgunakan seperti untuk gali lubang tutup lubang ya. Akan lebih baik kalau kita punya fasilitas pinjaman yang cepat untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu ada dalam kondisi mendesak dan butuh pinjaman dana.
Tidak punya asuransi
Nggak punya asuransi kok jadi masalah klasik keuangan? Yak jelas, karena kalau nggak ada asuransi, pas sakit dan butuh biaya besar keuangan tentu bisa jadi boncos. Daripada jajan AYCE atau belanja baju terus tiap bulan, mulai sekarang kamu perlu menyisihkan dana khusus minimal untuk punya asuransi kesehatan. Bisa pakai BPJS atau asuransi swasta. Dengan adanya asuransi kesehatan, kamu bisa lebih tenang ketika nanti sakit karena sudah ada jaminan.
Tergiur investasi dibanding punya tabungan lebih dulu
Dibanding menabung, investasi memang terlihat lebih menggiurkan karena menghasilkan keuntungan. Tapi, yang kerap dilupakan orang adalah investasi pasti punya risiko. Dan risiko ini kalau tidak dipelajari atau diatasi dengan benar tentu bisa jadi masalah serius dalam keuangan.
Investasi seharusnya dilakukan ketika kondisi keuangan sudah positif: selain nggak lebih besar pasak daripada tiang, kamu juga perlu punya tabungan dana darurat untuk hidup minimal selama 3 bulan ke depan. Tabungan inilah yang akan menjadi penyelamat ketika nantinya investasi yang kamu lakukan belum mengalami keuntungan atau bahkan merugi.